Sabtu, 01 September 2012

Surat Hati Kecil Ranasya: Apalah Arti Status Sosial

Hai, aku Ranasya. Aku akan berbagi cerita lewat surat ini. Iya, lewat secarik surat yang usang. Bagi kalian yang belum mengenalku, aku adalah seorang perempuan yang tinggal di pinngiran kota. Ya, di sini aku hidup dengan penuh kesederhanaan. Ketika aku pergi ke kota untuk sekedar jalan-jalan, terkadang aku miris melihatnya. Gedung-gedung besar, rumah bertingkat mewah, mobil, motor, dan yang pasti lebih maju dibandingkan tempat tinggalku. Tapi, aku tidak menyesal. Aku bangga hidup dalam lingkunganku sekarang, walaupun tidak ada teknologi canggih. Kenapa? Karena aku bangga rasa kekeluargaan dan gotong royong di tempat tinggalku masih kental terasa, bahkan diterapkan sehari-harinya. Bagiku, kebersamaan itu penting, tanpa memandang status sosial.

Oh iya, bicara soal status sosial, aku akan menceritakan tentang pengalaman Kak Fitri, kakakku yang sangat aku sayang. Suatu ketika, saat pulang sekolah, aku melihat ada yang aneh dengan Kak Fitri. Matanya merah dan sembab. Seperti orang menangis. Tadinya, aku ragu untuk menghampiri dan bertanya kenapa. Tapi, rasa penasaran mengalahkanku dan akhirnya aku berjalan menuju kamar Kak Fitri. Kuketuk pintu kamarnya, sedikit rasa takut menghampiriku. Tak lama kemudian, Kak Fitri membuka pintu kamarnya. Dia tersenyum kepadaku seraya berkata, "Ada apa Rana?". Aku hanya membalas tersenyum lalu bertanya, "Kakak kenapa? Kok mata kakak merah? Kakak menangis ya?". Kak Fitri menghela napas dan tersenyum lagi. "Kakak nggak nangis. Ada debu masuk ke mata kakak, makanya jadi perih dan merah.". Aku tahu Kak Fitri bohong. Dia tak mau mebuatku uikut sedih. Aku terpaksa mendesaknya untuk bercerita kepadaku apa yang terjadi. Dan inilah yang dikatakan Kak Fitri.

"Rana, hari ini kakak sedih. Sangat sedih. Bagaimana tidak? Status sosial keluarga kita diinjak-injak. Kakak tahu Rana, keluarga kita bukanlah keluarga yang mampu. Ekonomi keluarga kita menengah ke bawah. Tapi bukan berarti moral dan tata krama kita rendah. Rana, kakak mohon dengarkanlah pesan kakak ini. Jika nanti kamu telah dewasa dan kamu sukses, janganlah sesekali kamu sombong, apalagi sampai merendahkan status sosial seseorang. Di dunia ini semua orang sama Rana, tidak terkecuali. Tujuan akhir kita juga sama. Kakak mohon, Rana, selalu ingat pesan kakak. Dalam keadaan apapun kamu hidup, yang terpenting kamu tidak boleh sombong dan lupa kepada siapapun, terutama kepada Yang Maha Kuasa. Jangan pernah bosan untuk berbuat baik kepada siapapun. Siapapun, tanpa memandang status sosial."
Aku tersadar akan semua perkataan Kak Fitri. Benar apa yang dikatakan Kak Fitri bahwa kita hidup bukan untuk memandang status sosial. Selalin itu, ketika kita sukses, keadaan kita telah berubah menjadi lebih baik, kita tidak boleh sombong dan lupa. Dan sekali lagi memang benar, bahwa kita di dunia ini sama dan tujuan akhirnya pun sama. Apalah arti status sosial dalam hidup kita. Hal itu bukanlah penghambat kita untuk berbuat baik kepada seseorang. Bukankah kita hidup di dunia ini harus tolong menolong? Bukankah kita ini makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain? Dan yang terpenting adalah jangan pernah memandang seseorang dari status sosial belaka.




Ranasya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar