Kamis, 12 Juli 2018

Tentang Langit

Gambar diambil oleh Septina Restu Nurhalimah


Halo... Postingan kali ini dibuka dengan foto langit. Memang ada apa sih dengan langit? Ada awan, ada matahari, ada bintang, ada bulan, ada atmosfer, ada... Hehehe.

Oke, cukup berguraunya, sekarang saya mau sedikit serius tapi tetap santai kok *tebar senyum simpul*

Saya sangat suka dengan langit. Mengapa? Memang ada apa dengan langit? Karena di langit ada keindahan. Saya ralat, karena di langit ada berjuta keindahan *tebar senyum sambil menghela napas*

Sedari dulu saya suka menatap langit. Hobi itu dimulai ketika saya duduk di bangku SMP dan berlanjut sampai sekarang. Lagi sedih, menatap langit. Lagi lelah, menatap langit. Lagi senang, menatap langit. Lagi kesal, menatap langit. Lagi hampa, menatap langit. Lagi galau, menatap langit. Terlihat melankolis ya diri saya...

Kegiatan itu masih saya lakukan hingga sekarang, hanya ada sedikit perbedaan. Kalau dulu menatap langit hanya sekadar menatap, namun sekarang saya mulai belajar menafakuri keindahan langit. Kalau dulu, setiap melihat langit bawaannya mellow-mellow nggak jelas, namun sekarang setiap melihat langit saya berusaha mengaitkan pada pencipta-Nya. Kalau dulu menatap langit hanya sekadar pelepas penat, namun sekarang saya menatap langit sambil merefleksikan diri saya.

Refleksi? Bagaimana bisa? Memang langit seperti cermin?

Langit menjadi media refleksi diri bagi saya, selain cermin. Kalau dengan cermin, saya merefleksikan diri dalam lingkup kecil, maka dengan langit saya merefleksikan diri dalam lingkup yang lebih besar. Seberapa besar usaha saya menatap langit, saya tak pernah menemukan cacat pada langit. Paduan warna langit selalu indah. Menurut saya, itu lukisan terindah yang pernah saya lihat. Komposisi warnanya begitu proporsional.

Saya menemukan jawaban bahwa langit merupakan media refleksi diri saya ketika membaca terjemahan surat Al-Mulk ayat 3-4. Seberapa besar usaha kita melihat langit, kita tidak akan menemukan kecacatan dan akan kembali pada pandangan kita yang payah. Subhanalloh...

Betapa kecil diri saya, lemah, payah, tak berdaya, bahkan kekurangan-kekurangan lainnya yang ada pada diri saya - membuat saya sadar bahwa saya tak mampu melalui sesuatu sekecil apapun tanpa bantuan Sang Pencipta. Entah mengapa, melihat langit membuat saya merasa campur aduk. Bahagia, terharu, optimis, bersyukur, bahkan mengintrospeksi diri.

Saya rasa cukup hal-hal yang dibagikan. Tulisan ini hanya opini saya. Mohon maaf bila ada kata dan kalimat yang kurang berkenan.


Salam hangat,


RAS


Note: Gambar tersebut diambil pada tanggal 08 Juli 2018 di Ciomas, Bogor