Sabtu, 29 Juni 2013

Pertemuan Sejengkal dengan Tempat dan Perpisahan

Sepertinya mood saya untuk menulis sedang baik...

Kadang hal yang nggak pernah kita sangka itu terjadi dekat dengan kita. Contohnya? Nggak perlu mikir yang jauh-jauh, ketika kita ditakdirkan untuk satu tempat dengan seseorang tapi kita tidak bertemu dengan orang tersebut. Kecewa? Agaknya sih begitu. Apalagi kalau kita sadar keesokan harinya. Ya, begitulah. Kadang hidup tak semulus yang kita kira.

Pertemuan sejengkal dengan tempat dan perpisahan. Ya, begitulah. Perpisahan adalah hal yang meyedihkan bahkan mungkin menyakitkan dengan alasan kita berpisah - takkan bertemu lagi dengan orang-orang yang dekat di sekitar kita. Tapi sepertinya ada lagi yang lebih menyedihkan dari perpisahan. Pertemuan sejengkal tempat yang tak kita sadari. Ditambah kita mengetahui dan menyadari itu keesokan hari.

Mungkin pertemuan hanya mempunyai sekat sejengkal dengan perpisahan. Saat kita mengira perpisahan adalah waktu terakhir untuk bertemu dengan seseorang, bisa jadi itu bukan benar-benar yang terakhir. Bisa saja pertemuan setalah perpisahan itu adalah waktu terakhir kita bertemu dengan seseorang itu. Entahlah, hanya Allah yang tahu. Wallahualam.

Sebuah Nada

Sebuah nada ini mengalun indah
Mereka bagaikan penari
Dan telingaku adalah penontonnya
Rangkaian yang sedemikian dipetik

Sebuah nada mengingatkanku
Pada suatu masa yang terjadi sekali
Kepada seorang pemetik dawai
Yang tenang dan semu

Senin, 24 Juni 2013

Mungkin Ini Cara Allah Menjawab Doaku

Saya sadar ternyata kalimat yang menyatakan "Di balik musibah pasti ada hikmah" dan itu benar adanya. Saya baru sadar ternyata dari musibah itu Allah menjawab doa saya. Lewat musibah itu, hal yang saya mohonkan pada-Nya perlahan terwujud. Allah punya cara-Nya sendiri untuk menjawab doa para hamba-Nya. Wallahualam.

Sabtu, 22 Juni 2013

Terus Harus Apa?

Ah, sebenarnya saya sedang tidak mood menulis. Saya hanya sekadar menuangkan emosi yang ada di hati saya.

Ah, entahlah. Ibarat jatuh tertimpa tangga. Mungkin itu yang sedang alami. Entahlah... saya merasa masa-masa SMA masalah semakin dan semakin. Lalu apa yang harus saya lakukan? Bahkan menangis juga tak menyelesaikan, sekadar meringankan beban saja.

Entahlah, harus berapa panjang lagi untaian kata yang harus saya tulis. Saya tak tahu. Saat ini saya hanya bisa berkomentar saya lelah dan saya menyerah.

Kamis, 20 Juni 2013

Kepada Siapa Lagi

Lelah hati
Beban pikiran
Penatnya hidup
Setumpuk istilah lain pahitnya kehidupan

Saat berada di titik terjenuh
Kepada siapa lagi kamu mengadu
Sambil menengadah
Beralaskan sajadah

Saat tersesat
Kepada siapa lagi kamu minta petunjuk
Dengan sepenuh hati
Disertai keikhlasan

Saat tak ada satupun yang mengerti
Kepada siapa lagi kamu berkeluh
Menitikkan air mata
Penuh harap

Saat sudah tak sanggup
Kepada siapa lagi kamu minta pertongan
Menyebut asma-Nya
Dalam untaian doa

Senin, 17 Juni 2013

Malu Nggak Sih?

Halooo... Akhirnya ada waktu juga untuk menulis posting. Tapi sebelumnya maaf nih, maaf ya mpok, bang, cang, cing, enyak, babeeeh, postingan kali ini agak sedikit ada yang terselubung gitu. *bilang aja curhat terselubung* *iya emang gitu*

Maaf juga nih ya mpok, bang, cang, cing, enyak, babeh, pak RT, pak RW *lah*. Maaf kalau posting kali ini sebutan diri sendirinya pakai 'gue'. Ya, sekali-sekali deh ya. Kapan lagi menulis ala Betawi. Mumpung Jakarta Fair belum lewat (?)

Yaudah ah, langsung aja ke topik pembahasannya.

Hari ini, tepatnya kali ini *iye dah terserah ape kate lu* sedikit kecewa. Ya, nggak sesedikit yang kalian bayangkan sih. Udahlah itu mah yang tau cukup gue aja. Iya, gue kecewa karena ternyata apa yang gue harapkan nggak sesuai sama kenyataan. Sakit? Iya. Patah hati? Ya, nggak sih. Bukan masalah cinta juga, hahaha. Ya, intinya gue merasa down aja. Nggak kok, nge-down-nya nggak separah yang kalian bayangkan.

Ya, setelah gue tau ternyata gue gagal (belum rezeki gue), yasudahlah, gue bisa berbuat apalagi? Selain berdoa, menghela napas, mengusap dada, dan curhat ke mama *halah*. Spontan gue bilang ke nyokap "Teteh belum lulus tahap pertama" dengan nada lesu dan kurang semangat. Bukan kok, bukan berarti kurang semangat hidup. Terus nyokap gue bilang "Yaudahlah Teh, ada rezekinya masing-masing. Kan semuanya sudah diatur sama Allah." Gue terdiam sejenak.

Sambil menulis postingan ini, gue masih merenungi perkataan nyokap gue dan bisa dibilang inilah yang menjadi inspirasi gue bisa menulis postingan ini.

Merasa nggak sih? Kadang tuh kita sering banget terserang penyakit yang namanya lupa. Iya, berbagai macam lupa. Mulai dari lupa tingkat ringan sampai lupa tingkat high heels, ya salah satunya sih lupa diri. Masih nggak percaya? Simak nih!

Sebelumnya, ilustrasi ini tidak bermaksud memojokkan apalagi mengumbar aib. Ilustrasi ini hanya sekadar mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang benar. Aamiin.

Merasa nggak sih ketika kita butuh banget, kita berdoa mati-matian bahkan ada yang sampai bilang "Aku yakin apapun keputusan-Mu itulah yang terbaik untukku karena Engkau Maha Adil." Gimana setelah hasilnya keluar dan ternyata nggak sesuai dengan apa yang kita harapkan? Sakit. Kecewa. Lemas. Lesu. Down. Apalagi? Gue harap sih cukup sampai situ aja ya, jangan nambah lagi. Nah, di sinilah secara tidak langusng Allah menjawab doa kalian. Iya, doa yang kalian panjatkan tadi. Perlu diulang? Oke. "Aku yakin apapun keputusan-Mu itulah yang terbaik untukku karena Engkau Maha Adil." Iya, Allah sudah menjawab doa kalian kok. Dan jawaban doa itu adalah apa yang kita terima. Dan itu adalah keputusan-Nya. Iya, selain menjawab doa kalian, (mungkin) Allah juga mau menguji apa kita benar-benar bisa bertanggung jawab terhadap perkataan kita? Bisa, kalau kenyataan itu sesuai dengan keinginan kalian. Bagaimana kalau tidak?

Nah, itu yang perlu direnungkan. Bukan cuma untuk kalian, saya juga termasuk dari kalian.

Merasa malu nggak sih ternyata kita nggak bisa bertanggung jawab atas perkataan kita. Ke sesama orang aja pasti merasa malu kan? Bagaimana terhadap Sang Pencipta? Kalau saya sih, malu banget. Malu banget lah. Kenapa? Mungkin awalnya memang terlihat buruk untuk kita, tapi semuanya Allah yang menentukan. Boleh jadi yang terlihat baik di mata kalian tapi ternyata tidak baik untuk kalian, begitupun sebaliknya, apa yang terlihat tidak baik untuk kita bisa jadi itu adalah yang terbaik untuk kita. Semua Allah yang menentukan dan Allah pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Insya Allah.

Segitu dulu deh ya postingan kali ini. Kalau ada salah-salah kata maaf nih ya. Maaf banget nih mpok, bang, cang, cing, enyak, babeh.

Salam hangat,


RAS

Selasa, 11 Juni 2013

I Really Miss You

Kalau boleh jujur, ini adalah posting yang saya ketik sambil... menangis. Hahaha, betapa cengengnya saya. Tapi cengeng saya beralasan kok. Dan alasan itu tak perlu dituliskan juga di sini.

Bulan Ramadhan sebentar lagi dan... Ramadhan kali ini saya lewati tanpa kakek saya yang kerap saya sapa eyang. Yang saya rasakan kali ini adalah ingin berziarah ke makamnya dan menangis sepuas-puasnya. Memang sudah kodrat bahwa setiap orang akan kembali kepada Sang Pencipta dan yang ditinggalkan pun harus ikhlas. Pertanyaannya apakah saya sudah ikhlas? Harus. Saya harus ikhlas walaupun butuh proses entah berapa lama. Mungkin banyak yang akan saya ceritakan kepada beliau jika beliau masih hidup. Dan saya sangat ingin berkata seperti ini kepada beliau. "Eyang, Reicka berhasil menjadi guru." Iya, seperti yang eyang selalu bilang ketika saya pamit berkunjung ke rumah beliau. "Baik-baik ya Reicka. Semoga cita-citanya tercapai jadi guru." Dan sekarang cita-cita itu terwujud, walalupun masih jalan pembuka. Saya juga masih ingat saat di teras rumah beliau, saya dan beliau tak jarang berbicara mengenai apapun. Saya juga masih ingat terakhir kali bertemu dengan beliau dan saya ingin mengulang waktu itu. Andai waktu dapat diulang, mungkin saya akan berlama-lama dengan beliau menghabiskan waktu sampai saya siap ditinggalkan beliau. Tapi, kenyataannya lain. Saat saya tiba di sekolah, tiba-tiba handphone saya berdering dan mendengar kabar dari Ibu kalau beliau sudah tidak ada. Saat itu, saya masih bisa menahan emosi saya. Namun, ketika saya berada di depan keranda jenazah beliau sampai melihat beliau dikuburkan, tangis saya pecah. Kadang, saya masih tidak percaya bahwa beliau sudak tiada. Lagi-lagi saya harus bisa menerima tamparan keras hidup. Entah berapa untaian kata lagi yang harus saya tulis untuk beliau di sini. Sepanjang apapun, itu tidak cukup untuk disampaikan kepada beliau.



Saat ini dan mungkin selamanya, saya hanya ingin bilang "I really miss you, eyang Mustarik."

 

Senin, 03 Juni 2013

Senior High School Graduation

Hi... I just post some photos of graduation... And these photos take from Farah Nabila (anyway, thanks Far :))











Will miss you all guys *biggest hug*