Sabtu, 16 Agustus 2014

#HariIniTuh...

Prolog dulu ya...

Hari ini adalah publikasi perdana rubrik #HariIniTuh dalam blog saya. Alasan saya membuat rubrik ini simple, sesuai dengan pengalaman dan kejadian yang saya alami.

Lalu, apa bedanya dengan 'Gado-gados' Journal?

Hanya sedikit perbedaannya. Pada rubrik 'Gado-gados' Journal, blog post yang saya publikasikan berdasarkan pengalaman, namun secara umum, sedangkan rubrik #HariIniTuh lebih spesifik.

Oke, sebenarnya yang ingin saya bahas bukan masalah rubriknya sih. Tadi hanya sekadar prolog.

Terus apa?

Begini, saya ingin sharing...

I'm in bad mood!

Kenapa?
Ya gimana nggak bad mood. Datang jauh-jauh ke daerah Sudirman untuk menghadiri seminar beasiswa luar negeri bersama teman saya, Endah, setibanya di sana... kami tidak bisa masuk dengan alasan kuotanya penuh.

Lalu, apa gunanya registrasi?

Entahlah... Berbagai alasan dilontarkan pihak penyelenggara yang membuat kami memutuskan untuk... pulang. Ya, pulang. Pulang dengan kekecewaan dan perut lapar. Akhirnya, kami memutuskan untuk makan di salah satu mal di Jakarta Timur.

Awalnya saya merasa "Never mind. I'm okay", tapi tidak diakhirnya. Saya merasa... "It's enough". Cukup dengan kesialan yang saya alami. Mulai dari berangkat satu angkot dengan ibu-ibu yang meminta kepada sopir angkot untuk tidak melaju kencang dengan alasan takut duduk di depan (kebetulan ibu-ibu itu duduk di bangku depan). Saya hanya bisa menghela napas dan berusaha sabar - menahan emosi, sambil bergumam...

"Bu, ini angkot. Angkot itu angkutan kota yang termasuk salah satu angkutan umum. Umum. Sekencang-kencangnya angkot (berdasasarkan pengalaman) tidak membahayakan penumpang. Sopir pasti berpikir dua kali dan memertimbangkan risikonya."
Dan ternyata ibu-ibu tersebut turun di tempat yang sama dengan saya. Satu bus pula dengan saya. Tapi beliau nggak bilang "Jangan ngebut" tuh ke sopir atau kondekturnya. Duh duh duh, Bu, yang namanya naik angkutan umum ya hargai juga penumpang yang lain ya Bu. Berusaha untuk meredam ego dan kepentingan pribadi. Ya, namanya juga angkutan umum. Harus mau berbagi sih. Kalau nggak, silakan naik kendaraan pribadi (hanya opini).

Rabu, 13 Agustus 2014

Rindu Ada Di Sini

Jika kau bertanya...
"Di mana Rindu? Ke mana dia pergi?"
Maka aku akan menjawab...
"Dia ada di sini. Rindu ada di sini."
...
 
Rindu tak pernah pergi, dia akan selalu ada di sini
Di mana?
Rindu akan selalu ada di dalam diri seseorang yang sedang merasakannya
Kapan dia datang?
Tak menentu, sesuai kehendaknya
Lalu, bagaimana jika dia datang?
Hadapi saja sewajarnya, tak perlu panik dan takut berlebihan
Jika dia datang, apa yang akan dia lakukan?
Dia hanya ingin bermain dan mengunjungimu sebentar
Tapi, mengapa harus aku yang didatanginya?
Karena dia tahu ke mana dia harus datang



a sunny day

Selasa, 05 Agustus 2014

Rindu Pelangiku Datang Lagi

Masih ingat dengan postingan Pelangi?

Saya rindu...

Ya, rindu pelangi itu datang lagi. Pelangi yang datang ketika saya menahan tangis (setelah sempat meneteskan setitik air mata). Pelangi yang datang di hari terakhir saya melihatnya. Pelangi yang datang saat saya menyadari yang sesungguhnya.

Kini, pelangi itu belum terlihat lagi setelah menampakkan wujudnya awal tahun silam.

Lalu, kapan saya bisa melihat - bahkan bertemu - dengan pelangi itu? Saya rindu...

"Rindu pelangiku datang lagi..." (Sherina - Pelangiku)

Senin, 04 Agustus 2014

Rindu Jadi Pelajar

"Bagaimana rasanya menjadi pelajar? Sepertinya saya sudah lupa."

...

Petikan kalimat diatas hanya 'perumpamaan' saja. Setahun yang lalu saya masih merasakan manis, asam, asin, dan pahitnya jadi pelajar. Rasanya mirip sama permen yang itu tuh. Hehehe.

Terkadang, saya merindukan masa-masa menjadi pelajar. Ini berawal ketika  - tadi - saya mengunjungi Plasa Pondok Gede, tempat hang out ter-heitz semasa SMA.

"Mau hang out, Rei?"

...

Bukan... saya bukan ke Plasanya kok. Bukan untuk hang out juga, Alhamdulillah (walaupun awalnya ada sedikit niatan untuk membeli makanan). Saya ke pertokoan yang ada di area Plasa tersebut, tepatnya ke toko buku untuk mencari buku adik saya yang duduk dibangku sekolah dasar. Pertama kali membuka pintu toko buku, atmosfer buku pelajaran 'tercium'. Ini mengingatkan saya ketika masih menjadi pelajar dulu. Rindunya, maa syaa Allah. Setelah beberapa saat mengitari toko buku tersebut, buku yang saya temukan untuk jenjang pendidikan tertinggi adalah SMA. Kok tidak ada buku untuk jenjang universitas ya? Tentu saja, karena yang saya kunjungi toko buku pelajaran, bukan toko buku perkuliahan.

...Apaan sih Rei...

Sudahlah. Inti dari tulisan saya kali ini adalah...

"Saya rindu jadi pelajar."

Rindu hanyalah rindu. Hanya sekadar rasa dan belum tentu dapat diulang kejadiannya. Yang terpenting saya harus semangat untuk menatap masa depan yang lebih cerah. Masa depan yang telah Allah SWT dan saya harus menjemputnya. Aamiin.