Rabu, 29 Mei 2013

Aku Jatuh Cinta

Saya sedang jatuh cinta... Rasanya... jangan ditanya, semua terlihat indah dan kalem. Hahaha.

Tapi yang saya maksud jatuh cinta ini bukan cinta yang biasa didefinisikan. Saya jatuh cinta karena... sesuatu!

Sesuatu itu lagi-lagi berulang kali telah berhasil meluluhkan hati saya. Ah, it sounds sweet.

Kali ini yang membuat saya jatuh cinta itu bukan seseorang tapi... suara dan (musik) instrumental!

Yak! Saya sedang jatuh cinta dengan musik dan tentunya musik jazz! Musik ini tak pernah berhenti mebuat saya menjadi sosok yang tenang dan kalem. Mereka berhasil meredakan rasa sakit saya. Mereka selalu berhasil membuat saya jatuh cinta (lagi), bahkan untuk kesekian kalinya.

Ini adalah posting kedua saya khusus untuk genre musik ini. Entah harus berapa posting yang saya tulis untuk mengungkapkan rasa kagum saya terhadap musik ini. For me, it's one of the best of genre music.

Selasa, 28 Mei 2013

Mereka adalah Berlian - Sesuatu yang Kadang Tidak Kita Miliki

Selamat malam...
Jangan kaget kalau saya tiba-tiba posting dengan nuansa melankolis seperti ini, karena saya hanya ingin menuangkan apa yang ada di pikiran dan hati saya melalui media blog ini. Untuk para pembaca, jika kalian tidak yakin membaca posting ini, silakan tutup posting ini sesegera mungkin karena posting ini adalah posting panjang dan (mungkin) membosankan, bahkan (mungkin) terlalu klise.


Pernah gagal?

Pernah stress?

Pernah down?

Pernah galau?

Pernah (hampir) putus asa?

Pernah merasa paling sial?

Pernah merasa paling nggak guna?

Pernah merasa diperlakukan tidak adil?

Pernah menyalahkan diri sendiri?

Atau bahkan mungkin... Pernah menyalahkan takdir?


Oke, dari beberapa pertanyaan di atas, jujur, saya tidak munafik, saya pernah mengalami beberapa. Mungkin setiap orang pernah mengalami hal tersebut. Yang menjadi perbedaan antara satu orang dengan yang lainnya adalah intensitasnya atau lama waktu kita berada dalam keadaan tersebut. Ya, saya rasa manusiawi. Tapi, patutkah kita terus berada dalam situasi seperti itu?

Nah, mungkin pada pertanyaan itu kalian akar berpikir "Sok bijak banget sih nih yang nulis posting." Hehehe. Sebelumnya, saya mohon maaf. Saya tidak bermaksud untuk menjadi sok bijak ataupun menggurui. Tidak. Saya hanya ingin berbagi pengalaman. Itu saja. Dari awal posting kan sudah saya peringatkan jika memang tidak yakin untuk membaca posting ini lebih baik tutup posting ini.

Ya, daripada bertele-tele, mungkin lebih baik saya ceritakan pengalaman saya. Saya tidak menjadikan orang lain sebagai contoh. Cukup diri saya.

Sekitar satu tahun yang lalu, saya benar-benar dibuat pusing oleh masalah yang satu ini. Bagaimana tidak, program kerja eksternal ekstrakurikuler yang saya ikuti, di mana saya sebagai penanggung jawabnya waktu itu, mengalami masalah yang bisa dibilang cukup rumit. Memang, saat itu saya pertama kali menceburkan diri ke dalam kegiatan pengurus organisasi dan... program kerja tersebut adalah pertama kalinya. Dengan hanya bermodal keberanian dan niat semampunya, saya memberanikan diri untuk menjadi penanggung jawab secara program kerja tersebut. Pada saat itu yang ada di pikiran saya "Gue yakin nih pasti proker (program kerja) ini berjalan lancar. Gampanglah." Padahal tanggung jawabnya nggak main-main, hehehe.

Saya mulai menyusun program kerja tersebut. Perlu digarisbawahi. Pada saat itu semua saya kerjakan sendiri. Awalnya sih saya merasa lancar tanpa hambatan. Tapi pas di tengah-tengah... Di sanalah permasalahan mulai muncul. Mulai dari yang paling kecil hingga paling fatal. Saya pun menveritakan hal tersebut kepada teman saya dan tahukah apa komentarnya? "Ngapain sih lo capek-capek bikin semuanya sendiri? Emangnya lo nggak punya anak buah apa?" Jleb! Buat saya jawaban yang menusuk. Jujur saat itu saya merasa kesal. Niat meminta solusi tapi nyatanya? Malah diomelin plus disalahin. Saya pun nggak mau nyerah dan keukeuh untuk mengerjakannya sendiri. Sampai pada klimaksnya... Saya benar-benar merasa... Ya, seperti beberapa pertanyaan yang tadi saya sebutkan. Saat masalah itu muncul saya berpikir tentang hitamnya diri saya. Hitamnya saja. Sampai akhirnya masalah itu selesai dan sempat menimbulkan semacam intrik mungkin. Haha.

Waktu berlalu, perlahan masalah tersebut mulai saya lupakan dan saya baru tersadar bahkan berkata kepada diri sendiri "Bodoh banget ya gue. Sebenernya gue salah juga sih waktu itu." sambil menghela napas dan sedikit merenung.

Dan kalau saya flashback, ternyata waktu saya terlarut dalam masalah itu cukup lama lho! Iya, yang saya bilang kalau saya hanya memikirkan sisi hitamnya (negatif) saya.

Dan hari ini pun sekaligus menjadi inspirasi saya menulis posting ini. Saya merasa malu. Ya, saya merasa malu terhadap mereka yang memiliki berlian. Berlian? Liontin berliankah yang dimaksud? Bukan. Berlian itu adalah semangat. Iya, semangat, semangat untuk hidup yang kita jalani. Lalu, siapa mereka yang memiliki berlian itu? Mereka adalah orang-orang yang tidak disangka ternyata bernasib di bawah kita. Malu? Jelas. Saya sih malu banget. Maksdunya, saya malu, mereka yang kondisinya di bawah kita masih punya semangat yang menurut saya cukup tinggi. Kalau saya disandingkan dengan mereka... Aduh, jujur saya merasa masih kurang. Iya, kurang bersyukur lebih tepatnya. Setidaknya dari kejadian ini saya, kita, bisa memetik suatu pelajaran.

Maaf kalau posting ini terlalu panjang, isinya terlalu klise, terlalu bijak, terlalu menggurui, terlalu apa lagi? Hahaha. Ya, saya mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan dalam posting ini. Semoga bermanfaat untuk kalian.

See you later~

Jumat, 24 Mei 2013

CONGRATULATION FOR ALL

Hallo...

I just wanna say in my blog to you all...


"CONGRATULATION FOR GRADUATION!"


May Allah always bless you in everywhere and every time. Barakallah :D

Kamis, 23 Mei 2013

Sepiring Pempek dan PTN

Halooo... Mohon maaf sebelumnya karena posting kali ini saya harus kebut. Maklum, setelah sejam menulis posting ini banyak pekerjaan menunggu...

Oke, kenapa posting ini saya beri judul Sepiring Pempek dan PTN? Ya, karena posting ini berdasarkan pengalaman saya.

Mungkin yang terlintas pertama kali dipikiran kalian apa hubungannya pempek sama PTN? Nggak, mereka nggak ada hubungan apa-apa kok, apalagi hubungan spesial, hahaha. Well, maksud saya memang sih nggak ada kaitannya, tapi berbeda dengan pengalaman saya.

Hm, jadi...

Jadi begini ceritanya. Di dekat sekolah saya itu ada tukang jualan pempek, tapi bukanya sore. Ya, memang suatu hal yang biasa sih, nothing special. Waktu saya kelas 11, jamannya masih pulang sore, saat itu saya merasa lapar dan tepatnya sedang menginginkan pempek. Sambil berjalan, saya melakukan dialog kecil dengan teman saya. Sebut saja Wi.

Saya: "Wi, laper nih."
Wi: "Reicka mau makan dulu?"

Saya berpikir sejenak lalu memutuskan...

Saya: "Nggak Wi. Udah sore juga, macet, nanti pulangnya jadi maghrib atau malem lagi."
Wi: "Beneran Reicka nggak mau makan dulu? Nanti sakit maag-nya kambuh gimana?"
Saya: "Ya Allah, jangan dong, WI, hahaha. Bismillah nggak apa-apa kok. Nanti aku beli cireng aja."
Wi: "Beneran nih nggak apa-apa?"
Saya: "Iya Wi, nggak apa-apa."

Saya pun berhasil meyakinkan Wi dan kami melanjutkan perjalanan kami. Setelah singgah sebentar untuk membeli cireng, sampailah kami terhenti di depan tukang jualan pempek tersebut.

Saya: "Wi, jadi kepengen pempek deh. Kapan-kapan beli yuk."
Wi: "Iya Rei, jadi ngiler nih ngeliatnya, hahaha. Tapi berapa ya Rei harganya?"

Terhenti pada pertanyaan itu, kami memutuskan untuk langsung pulang. Hingga pada akhirnya saya dan Wi memutuskan untuk makan pempek itu ketika kami duduk di bangku kelas 12. Ya, kadang kenyataan tak sesuai dengan harapan, mimpi makan pempek pun itu belum berhasil tercapai. Sampai akhirnya saya dan Wi membuat semacam kesepakatan baru lagi. Kami akan makan pempek ketika kami lulus UN dan mendapatkan PTN.
 
"Kapan ya kita bisa makan pempek yang di sana?" Pertanyaan Wi membuat saya perasaan saya tak karuan. Sedih. Kecewa. Mungkin...
 
Bagaimana tidak? Ketika kami hampir berhasil merealisasikan impian (yang menurut orang-orang kecil) besar kami, sementara ada hambatan dari salah satu di antara kami.

"Makan pempek yuk Wi." Tapi kemudian dia menjawab bahwa dia sedang krisis. Ketika sebaliknya dia mengajak, saya pun menjawab hal yang sama seperti dia menjawab ajakan saya di waktu itu.

Ketika kami berdua bisa, namun waktu menjadi faktor penghambat. Tugas serta ulangan yang menumpuk. Ya, wajar. Memang nasib pelajar.

Bahkan sampai sekarang, mimpi itu pun belum berhasil terwujud. Sepele? Kalian boleh menganggap ini hal sepele sambil tertawa. Silakan. Saya tidak melarang. Ya, sepele untuk kalian, tapi tidak untuk saya dan Wi. Mimpi yang menurut kalian sangat sepele, sangat kecil, bahkan begitu mudah untuk diwujudkan. Menurut kalian "Apa sih yang susah dari sekadar makan pempek?" Iya, bagi kalian itu sangatlah kecil. Tapi tidak untuk kami.

Silakan kalian tertawa sepuasnya ketika membaca posting konyol ini. Sekali lagi, tidak untuk saya dan Wi. Kalian tahu? Dari kejadian inilah saya, Wi, mungkin kita dapat mengambil pelajaran bahwa impian sekecil apapun itu, jika kalian ingin mewujudkannya dan merealisasikannya, makan berjuang dan berusaha. Mimpi kecil perkara makan pempek seperti ini saja butuh perjuangan, bagaimana mimpi besar? Think it!
 
 
 
 
RAS

Senin, 20 Mei 2013

Bahagia Itu Sederhana

Hari ini...




Saya sangat senang...




Karena...









Dia menepati janjinya!


Bahagia itu sederhana ya :')

Minggu, 19 Mei 2013

Terbang

Rasa ini sulit dijelaskan
Kamu minta berjuta katapun
Tak ada yang bisa melukiskannya
Seperti terbang

Melayang tanpa menapak
Emosi meyatu padu
Semakin tinggi dan tinggi
Dibuai aku hingga lupa

Sabtu, 11 Mei 2013

Pekat

Sudah terlalu pekat semuanya
Kejenuhan yang bersarang padaku
Sudah terlalu pekat
Sampai aku tak bisa melihat

Segalanya gelap
Gulita tak bercahaya
Semakin pekat
Semakin sesak

Bosan...
Kesal...
Marah...
Semua menjadi pekat

Kacau

Heran dengan diri saya sendiri. Jelas-jelas besok mau try out, tapi masih bisa aja nge-posting di blog, haha. Parahnya lagi, saya belum mempersiapkan apapun! Nah lho, gimana tuh? Hahaha, saya sendiri juga nggak tau nih. Lagi sedikit random.

Rencana awal sih mau posting cerpen. Tapi mendadak nggak mood. Halah, serba salah. Terlalu banyak ini itu.

Jumat, 10 Mei 2013

I'm Jazzy! How About You?

Saya sendiri nggak ngerti kenapa saya sangat suka dengan genre lagu yang satu ini. Lagu jenis apakah itu? Lagu jazz. Ya! Lagu Jazz. Iya! LAGU JAZZ. Hahaha...

Musik yang menurut saya 'wow', sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata, hehehe.

Apalagi ditambah ketika saya menyukai salah satu penyanyi bergenre jazz. Siapakah dia? Michael Buble.

Saya sendiri nggak tau kapan dan kenapa saya bisa suka dengan penyanyi yang satu ini. Mungkin karena suaranya dan rupanya. Hahaha. Point terpenting itu sebenarnya suaranya. Ya, can't describe with any word about his voice. Yang jelas kalau saya dengar dia nyanyi, rasanya itu... feel so happy. Apa mungkin karena pengaruh musiknya ya? Haha, dunno. Yang jelas saya suka dan tambahannya lagi musiknya itu bergenre jazz!

So, I'm jazz and you can called me jazzy. How about you?

Jumat, 03 Mei 2013

Don't Try This in Book Store

Hai hai...
Setelah berusaha mencari waktu luang akhirnya saya bisa menyempatkan untuk menulis di blog ini.

Postingan kali ini sesuai judul yang dapat dilihat. Bahasa kece-nya "Jangan Meniru Ini di Toko Buku", kece nggak tuh? :p

Pasti pada bingung kan kenapa saya memberi judul seperti ini? Bukan bukan, ini bukan sebuah atraksi yang tidak boleh dilakukan di rumah, seperti memalsukan buku atau bahkan mengambil buku secara diam-diam (Naudzubillah). Tidak... Tidak...

Perbuatan ini tidak separah yang saya katakan di atas kok. Ini masih dalam kategori rendah tapi sebenarnya tidak layak untuk di tiru. Dan perbuatan ini berdasarkan pengalaman saya.

HAH? APAAN TUH REI?

Weits weits, santai... Sekali lagi, bukan perbuatan fatal yang kalian kira kok.

Pengalaman ini terjadi sekitar bebrapa bulan lalu, kira-kira kelas 12 semester 2. Waktu itu, tepatnya setelah hari terakhir UAS 1 saya menyempatkan diri berkunjung ke toko buku. Kebetulan, Ibu saya memesan buku resep. Beliau suka mengoleksi buku resep dan lumayan menekuni masak-memasak. Hal yang sama rupanya menurun kepada saya. Ya, saya juga suka melihat-lihat buku resep dasn mungkin belum sampai tahap untuk mengoleksi. Iseng-iseng sambil mencarikan buku resep titipan Ibu saya, saya pun melihat-lihat berbagai macam buku resep, mulai dari resep mudah sampai tingkat koki bintang lima, hahaha. Spontan, terlintas ide dalam pikiran saya. Bisa dibilang ide licik gila sih. Nah, dengan berbekal handphone dan buku resep yang ada di tangan, saya pergi ke sudut toko buku yang bisa terbilang cukup sepi dari kerumunan orang. Lalu apa yang akan saya lakukan di sana? Tepat sekali! Oh, belum ya, hehehe. Saya menjalankan ide yang tadi terlintas, yaitu menyalin resep pilihan ke dalam handphone dan menyimpannya menjadi memo. What a great idea! Mungkin pada kata great boleh diberikan tanda kutip. Saya duduk bersandar pada tiang rak buku. Apesnya, sedang asyik menyalin, tiba-tiba satpam menghampiri saya dan berkata "Maaf Mbak, tolong untuk tidak duduk. Silakan baca sambil berdiri." Deg! Kaget juga sih. Respon saya cuma senyum-senyum manis nan lugu, hahaha. Lucky me, satpam itu nggak tau apa yang sedang saya lakukan. Masih aman. Setelah hampir dua setengah jam berada dalam toko buku (dan tentunya melakukan ide gila), saya keluar (Alhamdulillah) dengan keadaan aman, tentram, dan damai. Everything is okay! Hahaha.


Ya, itulah pengalaman indah gila saya. Untuk para pembaca, mohon untuk tidak mencoba ide gila ini. Tapi, kalau penasaran, ya boleh sih sekali-sekali. Bagi anda yang sudah tergolong expert seperti saya, kalau mau sering atau bahkan setiap saat ke toko buku sangat dibolehkan. Hahaha...

Okay, see you later~