Kamis, 21 Juni 2018

Sudut Pandang yang Berbeda

Maafkan saya baru menulis lagi di sini, namun sepertinya blog ini akan beralih fungsi sebagai wadah cerita saya. Oke, mari kita mulai (kita...? abaikan saja).

Saya baru saja merampungkan serial 11 bagian cerita yang cukup sukses membuat saya sampai terbawa mimpi mengenai alur ceritanya. Entah sebegitu besar terbawa cerita, tapi harus saya akui cerita itu cukup membawa pengaruh bagi saya.

Selama ini, kebanyakan saya menikmati cerita hanya dari sisi hiburan. Cerita itu bagus, lucu, menarik, dan seru, setidaknya memenuhi kriteria minimal itu sudah masuk kategori cerita yang menghibur untuk saya. Akan tetapi kali ini berbeda. Bahkan sampai sekarang saya masih berusaha mengingat terakhir kali menikmati cerita yang meninggalkan pesan mendalam dan cukup berperan pada pola pikir saya mengenai kehidupan. Serial 11 bagian itu sukses membuat saya seperti itu.

Secara keseluruhan ceritanya menarik, baik dari sisi pemeran utama maupun pemeran sampingan. Ada yang menarik dari cerita ini, yaitu kisah pemeran sampingan. Mungkin kebanyakan orang lebih cenderung mengulik kisah pemeran utama dibanding pemeran sampingan, namun sepertinya saya masuk dalam pengecualian. Hampir setiap menikmati cerita, saya lebih tertarik mengulik kisah pemeran samping yang jika diukur dari keseluruhan cerita hanya kisah selenting. Justru di situ keunikannya, karena selenting maka perlu dikulik.

Pemeran sampingan dalam serial tersebut wanita berusia dewasa, sukses berkarier, dan lajang. Dia gigih menjalani kehidupan sekaligus sebagai kompensasi atas dirinya yang masih melajang di usia yang memang tidak seharusnya begitu. Bahkan ada salah satu quote yang diucapkan pemeran ini. "Kehidupan tak selalu berjalan sesuai rencanamu".

Buat saya kalimat itu memiliki makna yang mendalam. Sederhana tapi kena. Melihat pemeran itu dan kisahnya, saya seperti bercermin bahwa itu diri saya. Entah, yang ada di pikiran saya saat itu menjadi wanita independen tak semudah yang saya kira. Segigih apapun dia menjalani kehidupan, tapi dia tak bisa menutup kesepian yang menghampiri dirinya. Iya, saya pernah berkata pada Ibu dan diri saya bahwa saya ingin menjadi wanita independen. Jika kalian bertanya apa sebabnya, tentu faktor eksternal yang belum bisa saya jelaskan di sini (mungkin lain waktu, namun entah kapan).

Kata Tante saya, kesepian itu pasti datang dan tak bisa dihindari. Maka dari itu, harus ada kompensasi untuk mengatasi kesepian itu. Dari cerita itu, saya berpikir bahwa sisi lain kehidupan adalah kompensasi.

Maafkan jika bahasan kali ini terlalu berat dan mendalam, namun memang itu yang ada di pikiran saya. Terima kasih bagi yang sudah membaca.


Salam
RAS