Sabtu, 31 Mei 2014

Sudah... Tapi Tetap Saja...

"Seberapa besar aku tak memedulikan, bahkan mengabaikan rasa keingintahuanku, tetap saja ada sesuatu yang aku tahu, baik sengaja maupun tidak."

Entah ini keberapa kalinya saya menghela napas. Mungkin hanya satu kata yang mewakili perasaan saya saat itu. Oke (sambil diiringi helaan napas). Sebenarnya, satu kata itu juga belum semua mewakili apa yang saya rasakan. Baru sebagian.

Begini...
Intinya, seberapa besar usaha saya menutup mata, hati, dan telinga untuk melawan rasa keingintahuan saya, ada saja informasi yang saya terima. Sebenarnya bukan berarti saya tidak senang dengan kehadiran informasi itu, hanya saja, waktunya belum tepat. Ah, sudahlah, sepertinya saya tak perlu memusingkan masalah ini.

Sudahlah...
Lebih baik saya melanjutkan laporan saya yang belum rampung.

Semangat Rei!

Minggu, 25 Mei 2014

Tidak Mengapa

Aku bukan orang suci
Aku bukan orang yang paham agama
Aku juga bukan orang yang selalu benar
Tapi aku beragama dan bertuhan (red: Allah SWT)
Ilmuku memang tak setinggi langit
Ilmuku juga tak seluas samudera-Nya
Tapi izikanlah aku menyampaikan satu kebaikan dan kebenaran
Izikanlah aku memperjuangkan keduanya di jalan-Mu
Tidak mengapa jika aku harus dibenci
Selama aku memperjuangkan kebenaran di jalan-Mu

Sabtu, 17 Mei 2014

Petunjuk (dalam) Kenyataan

Baiklah, posting kali ini dibuka dengan sebuah gambar. Buat yang bisa menjawab pertanyaan ini, saya akan kasih sesuatu. Kapan saya membuat twit tersebut? Hayo? *EHEM SALAH FOKUS*. Hup... Baik, fokus kali ini bukan kapan waktu saya membuat twit di atas dan mengapa alasannya. Lupakan kuis tak berbobot tadi.

"Hari ini menjadi hari terpanjang kedua setelah kemarin saya harus menarik dan menghela napas panjang."

Hari ini tepat seminggu perjumpaan itu. Ya, perjumpaan yang tak pernah direncanakan saya sebelumnya. Bukan rencana saya, tetapi rencana-Nya.

Entah kenapa, saya merasa ketika saya telah memutuskan dan membulatkan keputusan yang saya buat, tiba-tiba saja dipertemukan kembali. Mungkin, analogi awkward-nya adalah ketika saya menyanyikan lagu Air Supply - Goodbye yang ditujukan pada seseorang, kemudian seseorang itu datang tepat di depan wajah saya. Ya begitulah...

Saya mengira pertemuan tadi adalah pertemuan awal sekaligus akhir. Tapi ternyata tidak... Ketika saya hendak pulang dan berjalan ke depan gerbang, pertemuan itu kembali terjadi. Hening. Seketika suasana hening. Dari kejauhan terlihat dia menoleh ke arah saya, tapi entah melihat saya atau hanya sekadar menoleh melihat yang lain. Karena dari kejauhan itu, saya bersyukur (setidaknya) dengan ketidakjelasan pandangan saya dalam jarak yang cukup jauh membuat saya bersikap biasa saja. Ternyata, skenario di kepala saya tak berjalan persis seperti itu. Langkah kaki saya membawa saya semakin mendekat dan untungnya, dia mempercepat langkahnya ke arah yang lain. Ya, setidaknya saya bisa bernapas lega, walaupun selang 3 menit kemudian, motor melaju cukup kencang mendahului langkah saya yang ternyata dikendarai olehnya. Yaaa, namanya juga hidup.