Senin, 17 Juni 2013

Malu Nggak Sih?

Halooo... Akhirnya ada waktu juga untuk menulis posting. Tapi sebelumnya maaf nih, maaf ya mpok, bang, cang, cing, enyak, babeeeh, postingan kali ini agak sedikit ada yang terselubung gitu. *bilang aja curhat terselubung* *iya emang gitu*

Maaf juga nih ya mpok, bang, cang, cing, enyak, babeh, pak RT, pak RW *lah*. Maaf kalau posting kali ini sebutan diri sendirinya pakai 'gue'. Ya, sekali-sekali deh ya. Kapan lagi menulis ala Betawi. Mumpung Jakarta Fair belum lewat (?)

Yaudah ah, langsung aja ke topik pembahasannya.

Hari ini, tepatnya kali ini *iye dah terserah ape kate lu* sedikit kecewa. Ya, nggak sesedikit yang kalian bayangkan sih. Udahlah itu mah yang tau cukup gue aja. Iya, gue kecewa karena ternyata apa yang gue harapkan nggak sesuai sama kenyataan. Sakit? Iya. Patah hati? Ya, nggak sih. Bukan masalah cinta juga, hahaha. Ya, intinya gue merasa down aja. Nggak kok, nge-down-nya nggak separah yang kalian bayangkan.

Ya, setelah gue tau ternyata gue gagal (belum rezeki gue), yasudahlah, gue bisa berbuat apalagi? Selain berdoa, menghela napas, mengusap dada, dan curhat ke mama *halah*. Spontan gue bilang ke nyokap "Teteh belum lulus tahap pertama" dengan nada lesu dan kurang semangat. Bukan kok, bukan berarti kurang semangat hidup. Terus nyokap gue bilang "Yaudahlah Teh, ada rezekinya masing-masing. Kan semuanya sudah diatur sama Allah." Gue terdiam sejenak.

Sambil menulis postingan ini, gue masih merenungi perkataan nyokap gue dan bisa dibilang inilah yang menjadi inspirasi gue bisa menulis postingan ini.

Merasa nggak sih? Kadang tuh kita sering banget terserang penyakit yang namanya lupa. Iya, berbagai macam lupa. Mulai dari lupa tingkat ringan sampai lupa tingkat high heels, ya salah satunya sih lupa diri. Masih nggak percaya? Simak nih!

Sebelumnya, ilustrasi ini tidak bermaksud memojokkan apalagi mengumbar aib. Ilustrasi ini hanya sekadar mengingatkan kita untuk kembali ke jalan yang benar. Aamiin.

Merasa nggak sih ketika kita butuh banget, kita berdoa mati-matian bahkan ada yang sampai bilang "Aku yakin apapun keputusan-Mu itulah yang terbaik untukku karena Engkau Maha Adil." Gimana setelah hasilnya keluar dan ternyata nggak sesuai dengan apa yang kita harapkan? Sakit. Kecewa. Lemas. Lesu. Down. Apalagi? Gue harap sih cukup sampai situ aja ya, jangan nambah lagi. Nah, di sinilah secara tidak langusng Allah menjawab doa kalian. Iya, doa yang kalian panjatkan tadi. Perlu diulang? Oke. "Aku yakin apapun keputusan-Mu itulah yang terbaik untukku karena Engkau Maha Adil." Iya, Allah sudah menjawab doa kalian kok. Dan jawaban doa itu adalah apa yang kita terima. Dan itu adalah keputusan-Nya. Iya, selain menjawab doa kalian, (mungkin) Allah juga mau menguji apa kita benar-benar bisa bertanggung jawab terhadap perkataan kita? Bisa, kalau kenyataan itu sesuai dengan keinginan kalian. Bagaimana kalau tidak?

Nah, itu yang perlu direnungkan. Bukan cuma untuk kalian, saya juga termasuk dari kalian.

Merasa malu nggak sih ternyata kita nggak bisa bertanggung jawab atas perkataan kita. Ke sesama orang aja pasti merasa malu kan? Bagaimana terhadap Sang Pencipta? Kalau saya sih, malu banget. Malu banget lah. Kenapa? Mungkin awalnya memang terlihat buruk untuk kita, tapi semuanya Allah yang menentukan. Boleh jadi yang terlihat baik di mata kalian tapi ternyata tidak baik untuk kalian, begitupun sebaliknya, apa yang terlihat tidak baik untuk kita bisa jadi itu adalah yang terbaik untuk kita. Semua Allah yang menentukan dan Allah pasti memberikan yang terbaik untuk kita. Insya Allah.

Segitu dulu deh ya postingan kali ini. Kalau ada salah-salah kata maaf nih ya. Maaf banget nih mpok, bang, cang, cing, enyak, babeh.

Salam hangat,


RAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar