Sabtu, 10 Agustus 2013

Tentang Langit

Prolog dulu ya...

Ehm, jadi begini saudara-saudara... Sebenarnya yang akan saya post kali ini adalah sebuah puisi. Nah, puisi ini saya re-post. Lho? Kok re-post? Iya, karena sebelumnya sudah pernah saya post. Tepatnya sebelum saya punya blog, hihihi.

Puisi ini saya ambil dari notes di facebook saya. Setelah saya baca kembali, saya sadar kata-katanya bermakna dalam dibanding puisi yang selama ini pure saya posting di blog. Hahaha.

Langsung saja kita simak... Ini dia puisinya...

Ketika kamu mendapatkan suatu kebahagian
Maka kamu seakan berada di langit tertinggi
Ketika kamu mendapatkan apa yang orang lain tidak bisa
Maka kamu seakan peri penolong bergaun putih

Namun ketika deburan ombak menghempas perlahan
Kamu tetap berusaha tegar tanpa menitikkan air mata
Berusaha bangkit seakan tak terjadi apa-apa
Tak melihat siapa atau apapun kamu terus melangkah

Tapi saat ombak laut menghempas segalanya tanpa tersisa
Seperti kilatan cahaya api
Kamu merasakan berada jauh berada di dalam
Tak tersisa sedikitpun air matamu jatuh perlahan

Akhirnya kamu mulai berpikir
Menganggap bintang harapanmu telah sirna
Kini yang tersisa hanyalah langit, awan, dan senja
Dan kamu mulai memilih

Sadarkah kamu bahwa mereka itu sama
Langit, awan, dan senja
Berbeda tapi sama
Hanya wujud yang membedakan

Kamu berpikir lagi
Menelaah keadaan
Lagit, awan, dan senja
Kamu sadar mereka sama

Seperti langit, cerah namun ada kalanya gelap
Seperti awan, putih namun menghitam
Seperti senja, bersinar lalu tenggelam
Hanya bintang yang tak pernah sirna

Itu semua hanya ada dalam pikiranmu
Sesungguhnya tak pernah gelap, hitam, atau tenggelam
Yang ada hanya fatamorgana dalam pikiranmu
Dan sungguh, bintang harapanmu tetap ada, takkan pernah sirna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar