Minggu, 11 November 2012

What a Nano-Nano Day!

Hai... Hai... Setelah sekian lama nggak blogging, akhirnya... bisa juga cari waktu luang untuk aktivitas yang satu ini.

Oh iya, just a little note, sebenarnya pengalaman ini terjadi sekitar 3-4 mingu yang lalu. Berhubung jadwal padat, akhirnya baru sempat diposting sekarang. Enjoy read.

Sebenarnya pengalaman ini termasuk... konyol sih. Tapi, di balik kekonyolan tersebut ada sebuah makna tersirat yang sangat berarti (uhuk).

Jadi, kejadiannya itu tepat saat shalat ashar. Kebetulan, pada hari itu saya juga les bersama teman saya. Seperti biasa, sebelum berangkat ke TKP, kami melaksanakan shalat terlebih dahulu. Sebelum kami shalat, terjadi percakapan seperti berikut:

S (Saya), TS (Teman Saya)
S: Jama'ah atau munfarid?
TS: Nggak tau deh. Itu kira-kira suara imamnya terdengar nggak ya?
S: *ragu-ragu* Kayaknya munfarid aja deh. Soalnya takut nggak terdengar suaranya.

Setelah percakapan terjadi, tanpa pikir panjang kami langsung melaksanakan shalat masing-masing. Nah, di sinilah kejadian itu dimulai.

Saat baru memulai shalat raka'at pertama, saya merasa bahu saya ditepuk oleh adik kelas. Saya pikir, mungkin dia nggak sengaja. Akhirnya saya melanjutkan shalat saya. Lama-kelamaan, saya merasakan ada hal yang janggal. Entah kenapa adik kelas itu mengikuti gerak-gerik saya saat shalat dan itu membuat saya sempat berpikir apakah saya jadi imam? Tapi saya berpikir lagi, posisi saya di sebelah kanan adik kelas dan yang saya tahu posisi imam itu ada di sebelah kiri. Saya pun berusaha menghilangkan pikiran-[ikiran yang sempat mengganggu konsentrasi saya. Hingga raka'at terkahir...

S: Wi, aku merasa ada yang aneh deh sama adik kelas itu. Kok mereka ngikutin gerakan shalatku ya?
TS: Mungkin kamu jadi imam.
S: Tapi kan posisiku di sebelah kanan. Memangnya bisa?
TS: Iya juga sih.
S: Ada yang aneh lagi. Mereka sempat nepuk bahuku.
TS: Itu tandanya kamu jadi imam.
S: ...

Setelah mendengar jawaban terakhir teman saya, saya benar-benar speechless. Dalam hati, saya bergumam, "Ya Allah, maafkan hamba-Mu ini yang telah salah menjadi imam."

Jujur, saat itu, sebelum teman saya memberitahu, saya benar-benar tidak tahu kalau ada seseorang menepuk bahu itu adalah pertanda bahwa dia menunjuk orang tersebut menjadi imam. Betapa bersalahnya saya. Ya, kenapa saya sangat merasa bersalah? Alasan yang paling kuat adalah... ini bukanlah sekedar urusan dunia dan hablum minannas, tapi juga menyangkut akhirat dan hablum minallah. Walaupun sebenarnya saat itu yang saya lakukan masuk kategori tidak sengaja karena ketidaktahuan saya. Namun, tetap saja, hati saya tidak bisa mengelak atas rasa bersalah ini. Akhirnya, saya bersama teman saya menghampiri adik kelas itu dan meminta maaf atas kesalahan saya. Sebenarnya, saat bagian ini, agak sedikit... lucu sih. Ya, you know what I mean.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar