Sabtu, 27 November 2021

Bermain Hujan

"Aku suka bermain hujan, tapi tidak saat aku membawa barang-barangku. Aku senang ketika hanya aku, si kuda besi, dan hujan. Bahkan ketika hanya dengan kedua kakiku, aku senang ketika titik-titik air dari langit mengenai kepalaku."


Hujan membawaku pada berbagai banyak peristiwa. Bahagia, sedih, marah, kecewa, menangis, mengenang, melepas, hingga aku benar-benar lepas. Setiap titik-titik air yang jatuh seperti mesin waktu yang membawaku ke masa-masa di kehidupanku.

Suatu masa - di mana aku masih memakai putih abu-abu -, langit sudah gelap. Batinku meresah memikirkan nasib buku-buku di tasku. Aku merapal pelan, "Tolong jangan hujan dulu."

Aku pikir suaraku sudah paling pelan, ternyata tidak. Seseorang di depanku mengatakan, "Jangan gitu. Hujan itu rahmat."

Aku terdiam sejenak. "Tapi kan kalau sekarang hujan bisa kuyup," selaku mencari alasan. Dia hanya menghela napas. "Bisa berteduh kan? Gunanya teras toko beratap itu buat apa?"

"Hehehe.... Tapi kan tetap lebih baik hujan pas sampai rumah."

"Yang mengatur hujan itu siapa? Hujan itu rahmat," katanya ditutup dengan menyebut nama panggilanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar